Palu, Disway.id - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Pemprov Sulteng) menyalurkan bantuan logistik bagi warga terdampak gempa bumi bermagnitudo 6,0 yang mengguncang Kabupaten Poso, Minggu, 17 Agustus 2025.
“Bantuan kemanusiaan untuk saudara-saudara kita di Poso sudah kami gerakkan melalui dinas terkait. Pemprov memastikan bantuan sesuai dengan kebutuhan masyarakat terdampak,” ujar Gubernur Sulteng, Anwar Hafid, di Palu, Senin (18/8/2025).
Ia menegaskan penanganan bencana tidak hanya sebatas distribusi logistik, melainkan juga mencakup keselamatan warga serta pemulihan pascabencana. Pemerintah provinsi, lanjutnya, juga menanggung sepenuhnya biaya pengobatan masyarakat yang terdampak.
Anwar menekankan perlunya langkah cepat, koordinasi lintas lembaga, serta solidaritas bersama agar warga Poso dapat segera bangkit dari musibah.
Kepala Dinas Sosial Sulteng, Sitty Hasbia N. Zaenong, menjelaskan bantuan mulai dikirim sejak hari pertama gempa melalui Gudang Sentra Nipotowe Palu. Bantuan darurat tersebut meliputi 150 kasur, 100 selimut, 100 paket kebutuhan anak, 200 lebih tenda gulung dari berbagai tahun anggaran, hingga tiga unit tenda serbaguna dengan total nilai mencapai Rp202,2 juta.
Selain itu, lewat APBD Provinsi, pemerintah juga menambah bantuan berupa 125 kilogram beras, 250 kaleng ikan sarden, 20 dus mi instan, dan 24 liter minyak goreng guna memenuhi kebutuhan dasar warga di masa tanggap darurat.
Bupati Poso, Verna GM Inkriwang, menyampaikan apresiasi atas kepedulian Pemprov Sulteng. “Kami berterima kasih atas respons cepat Gubernur. Bantuan ini sangat berarti bagi masyarakat Poso yang sedang menghadapi masa sulit akibat gempa,” katanya.
Sementara itu, BMKG melaporkan gempa awal magnitudo 6,0 yang kemudian dimutakhirkan menjadi 5,8, diikuti 10 kali gempa susulan. Pusat gempa berada 13 km barat laut Kota Poso dengan kedalaman 10 km.
Data BPBD Sulteng mencatat sembilan desa terdampak di dua kecamatan. Kerusakan meliputi 35 rumah (11 rusak berat, 24 rusak ringan) serta empat fasilitas umum, termasuk tiga gereja dan satu sekolah dasar. Sejumlah warga terpaksa mengungsi, termasuk lansia, balita, dan penyandang disabilitas.