Jejak 80 Tahun TNI: Menjaga Negeri, Merawat Harapan

Delapan dekade sudah Tentara Nasional Indonesia (TNI) berdiri tegak dalam pengabdian kepada bangsa. -Foto: Istimewa-
Jakarta, Disway.id - Delapan dekade sudah Tentara Nasional Indonesia (TNI) berdiri tegak dalam pengabdian kepada bangsa. Sejarah panjang itu bukan tanpa ujian.
Berbagai gejolak telah dilalui, namun TNI terus tumbuh menjadi kekuatan besar yang tak hanya menunjukkan ketangguhan militer, tetapi juga mencerminkan martabat bangsa di mata dunia.
-----------------------------------------------------------------------
Kemarin, 5 Oktober 2025, momen bersejarah itu kembali dirayakan di tengah gegap gempita rakyat. Di antara parade alutsista, pertunjukan budaya, dan wajah-wajah penuh semangat, gema peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 TNI menggema di seluruh penjuru negeri.
Tahun ini, TNI mengusung tema “TNI PRIMA – TNI RAKYAT – INDONESIA MAJU.” Sebuah pesan yang menegaskan bahwa TNI bukanlah entitas elitis yang berdiri di menara gading, melainkan bagian utuh dari rakyat yang menjadi sumber kekuatannya.
“Ini bukan sekadar perayaan,” ujar Kapuspen TNI Mayjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah, saat dihubungi Disway pada Selasa, 7 Oktober 2025. “Ini adalah momentum penting untuk merefleksikan pengabdian TNI kepada bangsa dan negara,” tambahnya.
Data Global Firepower pada Februari 2025 mencatat jumlah personel aktif TNI mencapai sekitar 400.000 orang. Namun, per Oktober 2025, data terkini menunjukkan komposisi personel aktif sebagai berikut:
- Angkatan Darat: 300.400 personel
- Angkatan Laut: 66.034 personel
- Angkatan Udara: 30.100 personel
Angka tersebut menggambarkan kekuatan militer Indonesia yang terus berkembang, baik dari sisi jumlah maupun profesionalisme.
Perayaan HUT ke-80 TNI tidak hanya berlangsung di ibu kota. Dari Sabang hingga Merauke, euforia peringatan ini terasa dalam berbagai bentuk kegiatan: parade, bakti sosial, pameran persenjataan, hingga lomba-lomba kebangsaan yang melibatkan masyarakat, pelajar, dan tokoh daerah.
“Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh masyarakat yang telah ikut menyukseskan peringatan HUT ke-80 TNI, baik melalui partisipasi langsung maupun dukungan moral di berbagai daerah,” ungkap Mayjen Freddy.
Menurutnya, ucapan tersebut bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk rasa syukur atas dukungan rakyat yang menjadi sumber kekuatan TNI. “Tanpa rakyat, tak ada artinya senjata modern atau pasukan tangguh,” ucapnya.
Di Jakarta, kemeriahan terasa di kawasan Monumen Nasional (Monas) yang penuh sesak oleh masyarakat. Di langit, pesawat tempur melukis formasi indah. Di darat, pasukan elite menunjukkan ketangkasan dalam satu komando. Semua tertata rapi, presisi, dan memukau ribuan pasang mata yang hadir.
Ribuan warga tampak terharu menyaksikan atraksi tersebut. Ada yang melambaikan tangan, ada pula yang meneteskan air mata—bukan karena takut, tetapi karena bangga melihat wujud nyata kedekatan TNI dengan rakyatnya.
TNI hari ini bukan hanya pasukan bersenjata yang menjaga kedaulatan. Di tengah tantangan zaman, mulai dari konflik siber hingga ancaman hibrida, TNI dituntut untuk adaptif, modern, dan lincah di berbagai lini pertahanan, termasuk di ruang digital.
Semua itu, kata Freddy, hanya bisa dicapai melalui soliditas internal dan sinergi eksternal antara TNI, pemerintah, dan rakyat.
“Ini menjadi motivasi bagi seluruh prajurit TNI untuk terus memberikan yang terbaik, tulus, dan ikhlas demi kejayaan NKRI,” pungkasnya.
Kini, usai perayaan di ibu kota, prajurit kembali ke barak, ke laut, ke udara, dan ke perbatasan. Karena bagi mereka, tugas tidak berhenti di tanggal 5 Oktober. Delapan puluh tahun pengabdian bukan akhir perjalanan, tetapi babak baru menuju TNI yang semakin profesional, kuat, dan humanis, penjaga batas negara sekaligus penjaga harapan rakyat.
Selengkapnya baca di sini: https://disway.id/read/903520/modernisasi-tni
Sumber: