Festival Danau Lindu, Strategi Pemkab Sigi Dorong Pariwisata dan Lestarikan Kearifan Lokal

Festival Danau Lindu, Strategi Pemkab Sigi Dorong Pariwisata dan Lestarikan Kearifan Lokal

Pemkab Sigi, Sulteng, melakukan penyusunan RPJMD periode 2025-2030-Foto: Pemkab Sigi-

Sigi, Disway.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi, Sulawesi Tengah menegaskan bahwa pelaksanaan Festival Danau Lindu (FDL) merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kunjungan wisata, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Bupati Sigi, Moh Rizal Intjenae, dalam sambutannya pada pembukaan FDL yang digelar di Desa Tomado mengatakan, wilayah Lindu memiliki kekayaan seni budaya dan tradisi yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat.

"Tentunya ini menjadi modal serta peluang kita untuk menjadikan Kabupaten Sigi sebagai target destinasi baik untuk wisatawan lokal, nusantara bahkan mancanegara guna membawa Sigi maju berkelanjutan berbasis pertanian dan pariwisata," ujar Rizal Intjenae dikutip dari Antara, Sabtu (19/7/2025).

Ia menuturkan, Festival Danau Lindu adalah kegiatan tahunan berbasis adat dan budaya yang secara konsisten diselenggarakan di Kecamatan Lindu.

"Event ini juga khas dan menarik yang menampilkan kreativitas masyarakat Sigi dan inovasi karena Kabupaten Sigi adalah salah satu wilayah di Sulteng yang memiliki keindahan panorama alamnya termasuk di dalamnya ada Taman Nasional Lore Lindu," lanjutnya.

Lebih lanjut, Rizal menyampaikan bahwa Pemkab Sigi tengah mendorong sektor pariwisata sebagai program unggulan. Berbagai destinasi seperti Danau Lindu, paralayang di Wayu, serta pemandian air panas Bora, merupakan fokus pengembangan layanan pariwisata daerah.

"Salah satu strategi untuk mempromosikan kearifan lokal, keindahan alam serta keanekaragaman seni budaya dan tradisi itu melalui Festival Danau Lindu," katanya.

Sejak pertama kali digelar pada 2009, FDL telah menjadi agenda yang dinantikan masyarakat, tak hanya di Sigi tapi juga di wilayah Sulawesi Tengah.

"Pelaksanaan FDL ini berada di Kecamatan Lindu yakni berada di kawasan cagar biosfer Taman Nasional Lore Lindu dan harapannya masyarakat Lindu tetap memegang teguh falsafah hidup turun temurun bahwa hutan dan seluruh kekayaan alam merupakan sumber kehidupan serta prinsip-prinsip konservasi sebagai nilai hidup, meyakini bahwa hutan adalah rumah, hutan adalah keluarga, dan hutan adalah nyawa," tuturnya.

Ia menekankan bahwa masyarakat Lindu dan alam sekitar merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Prinsip hidup yang berorientasi pada konservasi telah mengakar kuat bahkan jauh sebelum kawasan itu ditetapkan sebagai Taman Nasional.

"Tugas pemerintah daerah saat ini bagaimana menjadikan kecamatan Lindu menjadi target kunjungan bagi wisatawan pasca pelaksanaan FDL ini dan Insyaallah ke depan kita sepakat akan selalu melakukan evaluasi serta perbaikan-perbaikan sehingga dengan kekayaan adat budaya dan objek wisata di Lindu ini akan mampu dikelola lebih profesional dan dikemas dalam formulasi yang sesuai dengan permintaan pasar pariwisata," jelasnya.

Rizal juga mengajak masyarakat untuk terus menjaga kelestarian alam, melestarikan budaya, dan memelihara potensi lokal lainnya, serta menciptakan rasa aman dan tetap mempertahankan sikap ramah terhadap wisatawan.

"FDL ini menjadi momentum yang baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, menjaga kelestarian alam dan mempererat rasa persaudaraan serta cinta terhadap budaya dan lingkungan kita," tutupnya.

Sumber: