Ahli Gizi Soroti Spageti-Burger di Menu MBG, Kepala BGN: Variasi atas Permintaan Anak

Jumat 26-09-2025,22:29 WIB
Reporter : Mihardin
Editor : Mihardin

Jakarta, Disway.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menuai sorotan, kali ini karena munculnya menu cepat saji seperti spageti dan burger dalam paket makanan untuk anak-anak sekolah.

Kritik keras datang dari Dr. Tan Shot Yen, pakar gizi komunitas, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi IX DPR RI. Ia menilai menu tersebut tidak sejalan dengan tujuan MBG untuk menghadirkan nutrisi optimal sekaligus mendorong konsumsi pangan lokal.

Menurut Dr. Tan, spageti dan burger yang berbasis tepung gandum memiliki sejumlah kelemahan mendasar: Kandungan gizi kurang seimbang, lebih banyak karbohidrat olahan dan lemak, namun miskin serat, mikronutrien, serta protein berkualitas.

Ketergantungan impor karena gandum tidak diproduksi di Indonesia, sehingga berpotensi melemahkan kemandirian pangan. Membentuk pola makan tidak sehat, karena anak-anak terbiasa dengan makanan cepat saji sejak dini.

"Yang dibagi adalah burger. Di mana tepung terigu tidak pernah tumbuh di bumi Indonesia, nggak ada anak muda yang tahu bahwa gandum tidak tumbuh di bumi Indonesia," tegas Tan.

“Dibagi spageti, dibagi bakmi Gacoan, oh my god. Dan maaf, ya, itu isi burgernya itu kastanisasi juga, kalau yang dekat dengan pusat supaya kelihatan bagus dikasih chicken katsu,” lanjutnya.

Menanggapi kritik tersebut, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyatakan bahwa penyajian menu spageti dan burger dilakukan terbatas, sebagai variasi atas aspirasi penerima manfaat.

"Sering kali itu variasi atas permintaan anak-anak agar tidak bosan," ujar Dadan kepada wartawan, Jumat (26/9/2025).

Ia menegaskan, meski bentuknya burger atau spageti, komposisinya tetap dirancang berdasarkan prinsip gizi seimbang.

“Kami berkomitmen bahwa komposisi gizi harus seimbang. Walaupun itu burger, kami pastikan ada sayuran dan proteinnya memadai. Tujuan kami adalah agar anak-anak senang dan mau menghabiskan makanannya, sehingga manfaat gizi terserap maksimal, sambil tetap berupaya mencari solusi menu lokal yang lebih bervariasi,” jelasnya.

Dadan menambahkan, pihaknya akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh menu MBG, termasuk kemungkinan membatasi atau menghapus makanan yang terlalu bergantung pada impor.

“Evaluasi akan terus berjalan agar program ini benar-benar menghadirkan manfaat, sekaligus mendukung pangan lokal,” katanya.

Kategori :