Citra Institute: Megawati Belum Berdamai dengan Sejarah, Hindari Politik Dendam

Citra Institute: Megawati Belum Berdamai dengan Sejarah, Hindari Politik Dendam

Ketua Umum PDI Perjuangan sekaligus mantan Presiden Megawati Soekarnoputri. -Foto: Antara-

Lebih lanjut, Yusak menilai tidak tepat jika jasa Soeharto di bidang pembangunan diabaikan hanya karena dinamika politik di masa lalu. “Tentu tidak adil jika melihat Soeharto hanya dari sisi keburukannya,” katanya.

Ia menjelaskan, meskipun Soeharto naik ke tampuk kekuasaan bukan melalui pemilu, kepemimpinannya berhasil meletakkan dasar pembangunan ekonomi nasional yang kuat melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).

“Soeharto menjadi presiden memang bukan karena hasil pemilu, melainkan akibat krisis politik nasional yang membuatnya naik ke tampuk kekuasaan. Tapi kepemimpinannya juga berhasil melaksanakan berbagai program pembangunan terencana melalui Repelita yang mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” ungkap Yusak.

Ia menambahkan bahwa usulan pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto telah melalui proses panjang sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

“Usulan Soeharto sebagai pahlawan nasional sudah melalui proses yang panjang, bahkan sejak era SBY,” ujarnya.

Bagi Yusak, pengakuan terhadap jasa Soeharto akan menjadi simbol kebesaran bangsa yang mampu menempatkan sejarah secara adil tanpa membawa dendam.

“Kalau kita ribut dan dendam terus atas masa lalu, sampai kapan bangsa kita bisa menjadi dewasa. Kita harus bisa menempatkan sejarah secara adil,” tegasnya.

Ia menutup pernyataannya dengan menekankan pentingnya objektivitas dalam menilai sejarah kepemimpinan nasional.

“Meskipun kepemimpinan politiknya sangat otoriter, tapi Soeharto telah meletakkan fondasi penting bagi pembangunan ekonomi. Soeharto turut bekerja dalam upaya penyelamatan bangsa dari potensi disintegrasi pasca tragedi 1965,” pungkas Yusak.

Sumber: