Menag Ajak Masyarakat Jaga Marwah Pesantren dan Hindari Stigma Negatif

Menag Ajak Masyarakat Jaga Marwah Pesantren dan Hindari Stigma Negatif

Menteri Agama (Menang) Nasaruddin Umar. -Foto: Kanwil Kementerian Agama Sulteng-

Jakarta, Disway.id - Menteri Agama (Menang) Nasaruddin Umar menyerukan kepada seluruh pihak agar menjaga kehormatan pondok pesantren serta menghindari penyebaran narasi yang bersifat merendahkan atau menstigma. Ia menegaskan bahwa pesantren telah menjadi bagian penting dari sejarah panjang dan peradaban bangsa Indonesia.

Menurut Menag, pesantren berperan sebagai benteng moral bangsa yang selama berabad-abad melahirkan banyak ulama, pemimpin, dan tokoh nasional. Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk memahami pesantren secara lebih menyeluruh, baik dari sisi nilai keagamaan maupun budaya.

“Saya merasa sangat kaget dan prihatin dengan pemberitaan yang menempatkan pesantren secara negatif. Sekian ratus tahun pondok pesantren berkiprah mendidik manusia Indonesia agar menjadi masyarakat yang beradab, hingga mengkristal dalam nilai kemanusiaan yang adil dan beradab,” kata Nasaruddin dikutip, Jumat (17/10/2025).

Ia menegaskan kembali bahwa pesantren bukan hanya lembaga pendidikan agama, melainkan juga tempat pembentukan moral, karakter, dan kemanusiaan.

“Pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan agama, tetapi pusat pembentukan moral, karakter, dan kemanusiaan. Mari bersama menjaga marwahnya,” sambungnya.

Pernyataan tersebut disampaikan Menag Nasaruddin sebagai tanggapan terhadap tayangan salah satu program di Trans Media yang dinilai menyinggung kehidupan santri. Dalam tayangan itu terdapat narasi satir, termasuk pernyataan “santri minum susu saja harus jongkok.” Potongan tayangan tersebut menuai kecaman luas karena dianggap melecehkan nilai kesantunan dan tradisi penghormatan santri kepada kiai.

Gelombang protes datang dari berbagai kalangan masyarakat serta komunitas pesantren, termasuk Pondok Pesantren Lirboyo. Mereka mendesak pihak stasiun televisi untuk menarik tayangan, menyampaikan permintaan maaf secara terbuka, dan melakukan klarifikasi langsung kepada para pengasuh pesantren. Sebagai respons, Trans Media telah menyampaikan permohonan maaf resmi kepada publik serta kepada para kiai di Pesantren Lirboyo.

Menag menilai bahwa budaya memaafkan merupakan salah satu ciri khas kuat dalam tradisi pesantren. Ia optimistis para kiai dan santri akan menanggapi peristiwa ini dengan kebesaran hati.

“Ya, saya kira itu yang sangat penting buat kita. Mudah-mudahan ini pembelajaran buat kita semuanya,” ungkapnya.

Nasaruddin juga menginformasikan bahwa dirinya akan melakukan kunjungan ke Jawa Timur untuk bersilaturahmi dengan sejumlah pondok pesantren. “Saya hari ini akan ke Jawa Timur juga untuk bertemu dengan beberapa pondok pesantren,” pungkasnya.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa peran pesantren tidak hanya sebatas pendidikan agama, tetapi juga sebagai pusat pembentukan karakter dan keadaban sosial. Sejak masa lalu, pesantren telah berkontribusi besar dalam mencetak masyarakat Indonesia yang beradab, santun, dan religius. Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga ini pun semakin tinggi.

“Kalau mata hati kita melihat, apa yang terjadi di pondok pesantren sekarang ini justru hal yang berkebalikan dari citra negatif. Ada peningkatan yang sangat tajam, orang memasukkan anaknya ke pondok pesantren,” sebutnya.

Ia juga menyoroti bahwa budaya kesantunan santri terhadap kiai menjadi fondasi penting dalam kehidupan sosial bangsa.

“Tradisi pesantren mengajarkan kesantunan murid kepada kiai. Dari situ lahir budaya hormat anak kepada orang tua, yang kemudian berimbas pada rakyat yang berbakti kepada pemimpinnya,” jelasnya.

Sumber: