Baru 10 Bulan Berjalan, MBG Menginspirasi Brasil Lewat Ketahanan Gizi dan Ekonomi Lokal

Baru 10 Bulan Berjalan, MBG Menginspirasi Brasil Lewat Ketahanan Gizi dan Ekonomi Lokal

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto terus menarik perhatian dunia.-Foto: Biro Pers Istana-

Jakarta, Disway.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto terus menarik perhatian dunia. Salah satunya datang dari Brasil, yang selama puluhan tahun dikenal memiliki sistem pemberian makan bergizi di sekolah.

Pada Jumat, 24 Oktober 2025, Ibu Negara Brasil, Janja Lula da Silva, meninjau langsung Dapur Sentra Pangan dan Pemberdayaan Gizi (SPPG) di Halim untuk mempelajari secara dekat bagaimana Indonesia menjalankan program yang baru berjalan kurang dari setahun ini.

Langkah kunjungan tersebut bukan sekadar seremoni, melainkan bentuk ketertarikan Brasil terhadap kemajuan pesat yang dicapai Indonesia.

Menurut Juru Bicara Badan Gizi Nasional (BGN), Dian Fatwa, Brasil sudah menjalankan program sejenis sejak 1955 dan baru diatur secara resmi pada 2009, sementara Indonesia baru memulai 10 bulan lalu namun sudah menunjukkan hasil signifikan.

“Kita baru memulainya 10 bulan. Mereka sudah mencapai dalam sejak tahun 1955 mereka baru mencapai 40 juta. Kami baru 10 bulan sudah mampu memberikan benefit kepada lebih dari 30 juta anak belum terhitung dengan ibu-ibu hamil dan juga anak di bawah 5 tahun,” ungkap Dian.

Dian menjelaskan, capaian cepat Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo membuat pihak Brasil kagum.

“Jadi ibu negara cukup impressed dengan apa yang sudah kami capai dalam 10 bulan. Walaupun beliau juga cukup paham tentu dalam perjalanannya tentu tidak semulus yang kita bayangkan awal tapi mereka cukup impressed. 10 bulan sudah mencapai 37 dan kita sebetulnya 3 juta away dari mereka karena mereka sudah dari 7 dekade baru mencapai 40 juta,” tambahnya.

Selain soal jumlah penerima manfaat, Brasil juga menaruh perhatian pada cara MBG Indonesia menghubungkan program gizi anak dengan pemberdayaan ekonomi lokal dan UMKM.

Konsep ini serupa dengan model Brasil, di mana bahan baku wajib dibeli dari petani dan produsen lokal.

Dian menuturkan, di kawasan Halim masyarakat sudah mulai menanam jagung, cabai, dan pepaya untuk menyuplai dapur MBG. Di sisi lain, UMKM setempat juga aktif memproduksi berbagai kebutuhan makanan seperti keripik tempe, roti, dan tempe segar.

“UMKM kita juga sama-sama melakukan hal yang sama karena untuk dapur disini mereka untuk produksi keripik tempe untuk produksi juga roti, untuk tempe segar juga mereka mengambil dari ibu-ibu yang ada disekitar sini jadi semuanya diproduksi secara lokal untuk bahan-bahan tertentu dan kita pastikan partisipasi dari masyarakat disini saat ini untuk di daerah Halim, mereka sedang memulai untuk menanam jagung, cabai, jagung, cabai dan pepaya,” pungkasnya.

Selain memperkuat ekonomi lokal, keamanan pangan (food safety) menjadi perhatian utama program MBG. Sebelum makanan dikirim ke sekolah, setiap menu diuji secara laboratorium untuk memastikan tidak mengandung bakteri berbahaya seperti E. coli, salmonella, atau histamin.

“Di Halim ini antara kitchen, antara dapur dengan sekolah-sekolah ini durasi untuk mencapai sekolah tidak lebih dari 10 menit. Seperti tadi kita hitung dari dapur sampai ke sini sebetulnya hanya 4-5 menit. Nah ini adalah untuk menghindari bahwa makanan yang sampai dalam kondisi masih hangat dan tidak menimbulkan spoil. Menjadi rusak. Ini yang sebetulnya soal food safety yang berupaya kita jaga. Jadi soal food safety jadi sebelum makanan ini kita distribusikan ke sekolah-sekolah di dapur di Halim,” ungkap Dian.

“Sehingga murid, anak-anak yang akan memakan dari MBG ini menerima dalam kondisi aman dan juga cukup sehat karena jarak tempuh dari dapur untuk sampai ke sini tidak akan lebih dari 15 menit dan langsung dikonsumsi oleh anak-anak,” sambungnya.

Sumber: