Kapusgenri Kemenhut Sebut Mitigasi Banjir Tak Hanya Cukup dengan Kebijakan dan Anggaran, tapi...

Kepala Pusat Pengembangan Generasi Pelestari (Kapusgenri) Hutan, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM), Kementerian Kehutanan (Kemenhut), Luckmi Purwandari saat ditemui di kantornya, Kamis (10/7/2025).-Foto: Disway Group-
Jakarta, Disway.id - Mitigasi banjir tidak bisa dilakukan hanya dengan kebijakan dan anggaran. Tapi juga membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang sadar, tahu, kompeten, dan bertindak untuk menangani banjir dari hulu hingga hilir.
Pernyataan ini disampaikan oleh Kepala Pusat Pengembangan Generasi Pelestari (Kapusgenri) Hutan, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM), Kementerian Kehutanan (Kemenhut), Luckmi Purwandari saat ditemui di kantornya, Kamis (10/7/2025).
“Saat ini semua negara menghadapi ancaman triple planetary crisis yang saling berhubungan. Yang pertama adalah perubahan iklim, seperti anomali cuaca–musim kemarau tapi hujan terus, kenaikan suhu di kota-kota besar–, kedua hilangnya keanekaragaman hayati, serta yang ketiga adalah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Hal ini harus diketahui dan disadari semua orang, jangan ada orang yang kaget-kaget dan bertanya-tanya, kenapa ini terjadi,” kata Luckmi.
Dia mengatakan, untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah bencana lingkungan seperti banjir, kita harus jaga kelestarian hutan. Karena, dengan demikian, kata dia, penyerapan air akan maksimal.
“Kita harus mempersiapkan diri. Dengan mempersiapkan mulai dari hulu hingga ke hilir. Misalnya, di hulu, yang harus dijaga adalah mata air, lalu untuk menjaga kualitas mata air, artinya harus menjaga kelestarian hutan, untuk memastikan penyerapan air secara baik. Sehingga penjagaan hutan, bisa menjadi mitigasi dan adaptasi dari bencana banjir,” tuturnya.
Dengan demikian, kata dia, keanekaragaman hayati terjaga dengan baik. Dia juga menegaskan mangrove pun adalah bagian dari mitigasi perubahan iklim.
“Mungkin banyak yang tidak tahu, dengan menjaga ekosistem mangrove, maka tidak hanya proses perkembangbiakan ikan yang terjaga, tapi juga mampu mencegah erosi dan abrasi di pantai serta mencegah hal yang paling sering dirasakan dampak negatifnya beberapa waktu lalu adalah rob, dimana air laut masuk ke daratan,” bebernya.
Mengingat pentingnya hutan dalam upaya menyelesaikan triple planetary crisis ini, dia mengatakan, pihaknya terus melakukan pembinaan di generasi muda untuk berperilaku peduli dan cinta alam serta memiliki kemampuan kewirausahaan di bidang kehutanan terutama untuk menghasilkan green job.
“Green job adalah lapangan pekerjaan yang dapat meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan hutan seecara berkelanjutan. Green job ini, saya nilai memiliki fungsi penting untuk meningkatkan ekonomi dan menjaga ekologi. Hal ini perlu digelorakan terus menjadi spirit di kalangan anak muda,” kata Luckmi.
Dia menekankan bahwa sangat banyak yang bisa dikembangkan dari sektor kehutanan. Mulai dari pariwisata hingga agroforestri. Hutan tetap terjaga tapi pembangunan tetap berjalan.
“Kesadaran kita, khususnya generasi muda, terhadap triple planetary crisis ini memiliki nilai yang sangat penting, untuk memastikan pembangunan tetap berjalan dan lingkungan tetap lestari. Dan untuk memastikan pesan ini sampai ke masyarakat, khususnya generasi muda, kami akan terus melakukan pelatihan, pembinaan kepada para generasi muda. Memberikan contoh, bagaimana mereka bisa berkembang dengan tetap menjaga hutan,” tuturnya.
Sumber: